|
|
POSISI HEGEL YANG TAMPAKNYA
KRITIKAL
Sekalipun konsepsi Hegel mengenai hakekat alienasi dan penggantian alienasi
itu di dalam Phenomenology jelas-jelas spekulatif dan idealis, ia
memberikan--menurut manuskrip-manuskrip Paris Marx--titik-tolak teoretikal
bagi kritik hubungan-hubungan sosial dan konsep-konsep yang ada:
.....sejauh ia [dalam Phenomenology] memahami keterasingan manusia --sekalipun
manusia hanya muncul dalam bentuk pikiran-- semua unsur kritik ada
terkandung di dalamnya, dan seringkali dipersiapkan dan disusun dengan suatu
cara yang jauh melampaui titik pandangan Hegel sendiri.32)
Sejauh ini di dalam Phenomenology perampasan kekuatan-kekuatan dasar manusia
dan penggantian objektivitas asing yang memusuhi manusia akhirnya dan secara
tuntas dimerosotkan menjadi gerakan konseptual, dengan demikian dimerosotkan
menjadi suatu aktivitas yang membuyarkan alienasi sentuh sedikitpun. Dengan
cara ini maka kekuatan kritikal dari Phenomenology menjadi sangat berkurang.
Menurut Marx di dalam Phenomenology Hegel terdapat suatu posisi kritikal
yang menyembunyikan suatu hal lainnya lagi:
....positivisme tidak kritikal dan idealisme yang juga tidak kritikal dalam
karya-karya belakangan dari Hegel, pembubaran filosofikal dan pemulihan
dunia empirikal, sudah dapat ditemukan dalam bentuk latent, dalam embrio,
sebagai suatu potensialitas dan suatu rahasia.33)
Di sini kita dapati suatu kritik dalam bentuk teralienasi, karena negasi
terus-menerus dari konsepsi-konsepsi dan hubungan-hubungan yang ada,
sebagaimana yang kita jumpai dalam Phenomenology, bagi Hegel bukanlah
kegiatan historikal manusia sebagai satu-satunya subjek dari proses
historikal, melainkan suatu proses teleologikal dari ide yang direalisasi
melalui perantaraan generasi demi generasi manusia. Di dalam Phenomenology
Marx menemukan unsur-unsur dari suatu kritik yang dipersiapkan dengan suatu
cara yang membayangkan perkembangan dan proyek-proyek yang melampaui titik
pandangan Hegel;34) yaitu unsur-unsur suatu kritik atas hubungan-hubungan
ekonomik dan politik serta kebudayaan pra-burjuis dan burjuis dari posisi
teori komunis tahun 1844.
Dibandingkan dengan Feuerbach, Marx memahami secara lebih mendalam dan
dengan diskriminasi lebih besar, teka-teki filosofikal dari posisi Hegel
yang tampaknya kritikal. Feuerbach sepintas-lintas melihat hakekat itu dalam
hubungan Hegel dengan religi: religi tradisional dibuang namun kemudian
diperkenalkan kembali dalam bentuk teologi yang dirasionalisasi. Hal ini
harus difahami secara umum, dan Marx menduga35)--dan melukiskannya dalam
analisisnya atas bab terakhir Phenomenology--modifikasi-modifikasi yang khas
Hegelian sebagai suatu apologi tidak langsung bagi realitas yang ada.
Kesadaran-diri sebagai suatu keberadaan lain masih berada di dalam dirinya
sendiri.... demikian Hegel berujar. Ketika Marx menggantikan kesadaran-diri
itu dengan manusia, diperolehnya dalam arti tersembunyi tesis Hegelian,
tesis umum bahwa kemanusiaan berada dalam keterasingan dengan dirinya
sendiri, atau hubungan-hubungan ekonomik, politikal dan kebudayaan
dikarakterisasi oleh keterasingan adalah mutlak bagi kehidupan manusia dan
karenanya merupakan hubungan-hubungan abadi, yang tidak dapat berubah. Yaitu,
yang dalam bahasa kurang filosofikal, menjadi keyakinan para ekonom-ekonom
politikal burjuis klasik. Dalam hal ini Hegel mengambil pendirian
ekonomi-politik modern.36) Manusia yang telah menyadari bahwa di dalam hukum,
politik,dsb.dirinya menjalani suatu kehidupan terasing, menjalani kehidupan
manusia yang sebenarnya dalam kehidupan keterasingan seperti itu.37)
Eksternalisasi dapat dipertahankan jika itu diakui dan diketahui sebagaimana
adanya. Ia diatasi dan sekaligus dipertahankan. Dialektika Hegel adalah
bagian dari suatu pendirian yang menurutnya keterasingan itu dihapuskan dan
diangkat dalam arti rangkap, yaitu digantikan (dalam pikiran) dan diberi
pembenaran (dalam kenyataan). Akar-akar filosofikal suatu posisi yang
tampaknya kritikal, yang berubah menjadi suatu positivisme apologetik
diketemukan, menurut Marx, dalam khayalan-khayalan spekulasi dialektikal,
pemahaman idealis akan negativitas.
Bab terakhir Phenomenology yang berjudul Pengetahuan Mutlak memikat
perhatian Marx dalam manuskrip-manuskrip Paris sedemikian rupa, sehingga
Marx membuat ringkasan-ringkasan ekstensif dan mengabdikan suatu komentar
kritikal yang terperinci mengenainya. Dalam pandangan Marx, bab ini secara
terpadu mengandung jiwa Phenomenology, hubungannya dengan dialektikas
spekulatif, dan sekaligus pengetahuan Hegel mengenai kedua hal itu dan
saling hubungan kedua hal itu satu sama lainnya.38) Semua itu dilihat oleh
Marx sebagai dasar paling cocok untuk memperagakan keberat-sebelahan Hegel
dan keterbatasan-keterbatasannya.39)
Patut diperhatikan bahwa Marx tidak saja menyebarkan suatu kritik atas
Phenomenology dalam manuskrip-manuskrip ekonomik, sebagaimana sering
dituduhkan orang. Marx menyajikan suatu kritik mengenai perlakuan atas
dialektik dalam Phenomenology dan Logic,40) dan lebih dari itu: ia
mempersoalkan seluruh filsafat Hegel.41) Ia memulai dengan suatu kritik atas
Phenomenology, tempat kelahiran sesungguhnya dan rahasianya filsafat
Hegelian,42) yaitu rahasia sistem filosofikal Hegel; dari sini Marx beralih
pada suatu kritik atas Encyclopedia, sekalipun ia tidak mengembangkan
kritiknya atas logika, filsafat alam dan filsafat spekulatif Hegelian
setajam dan semendalam seperti kritiknya atas Phenomenology.
OBJEKTIVITAS DAN OBJEKTIVIKASI
Di dalam komentar kritikalnya mengenai bab terakhir Phenomenology, Marx
meneliti tesis Hegelian yang menyatakan bahwa alienasi kesadaran-diri
mengandung objektivitas.43) Dengan cara itu ia merumuskan konsepsinya
tentang objektivitas dan manusia sebagai manusia objektif.
Pada mulanya ia mengambil pokok-pokok esensial dari kritik Feuerbachian atas
konsepsi spekulatif Hegel mengenai objektivitas. Pada tahun 1839, di dalam
karyanya The Critique of Hegelian Philosophy Feuerbach mengemukakan bahwa
Hegel tidak mengenal objektivitas real di luar pikiran dan mengandaikan--bab
pertama Phenomenology merupakan buktinya--suatu konsepsi idealis Fichtian
mengenai objekt-objekt pengalaman. Bagi Feuerbach realitas segala sesuatu di
luar pikiran adalah suatu kebenaran yang diterakan dengan darah kita.44)
Menurut Feuerbach dan Marx, semua objekt adalah aktif sebagai objekt-objekt,
adalah hakekat alamiah yang beraksi secara objektif, dan sekali gus
merupakan hakekat pasif, karena mereka terbuka pada pengaruh-pengaruh
objektif dari objekt-objekt alamiah lainnya.
Marx menulis, sesuai dengan Feuerbach:45)
Matahari adalah suatu objekt bagi tanaman, suatu objekt yang tidak bisa
tiada guna menguatkan kehidupannya, presis seperti tanaman adalah suatu
objekt bagi matahari, suatu ungkapan dari kekuatan pembangkut-kehidupannya
dan kekuatan esensialnya yang objektif...... Suatu keberadaan non-objektif
adalah suatu non-keberadaan.46)
Bagi Marx, manusia adalah secara langsung suatu keberadaan alamiah.47) Itu
sendiri tidaklah cukup bagi konsep mengenai manusia, tetapi bagaimanapun itu
adalah suatu aspek penting dari kebenaran mengenai manusia. Manusia
darah-daging yang sebenarnya adalah suatu hakekat objektif yang hanya
mencipta dan mengajukan objekt-objekt, karena ia dibuktikan oleh
objekt-objekt, karena itu secara fundamental adalah alamiah.48)
Bagi Feuerbach objektivikasi yang terasing, yang religius, yang manusiawi
merupakan suatu permasalahan yang bersifat utama. Ketika ia berbicara
tentang berbagai tipe hubungan objektif, misalnya, saling-hubungan
saling-hubungan segala sesuatu alamiah yang non-manusia, hubungan-hubungan
serba-intelektual, manusiawi dengan objekt-objekt, ia menekankan pada
analogi-analogi, benang-benang yang umum bagi berbagai tipe hubungan
objektif.49) Ia mempersamakan ciri-ciri mereka satu sama lainnya, menerapkan
pada objektivikasi manusia (dalam penyurutannya pada objektivikasi alienasi,
pada objektivikasi religius) yang menurut pendapatnya adalah benar dalam
objektivikasi pada alam non-manusia, dan sebaliknya bagi berbagai tipe
hubungan jektif itu berlakulah aspek-aspek tertentu yang baginya merupakan
hakekat dari objektivikasi religius.
Feuerbach melewati suatu pemahaman kontemplatif mengenai objektivitas, yang
secara intelektual terbatas, dengan menjulukkan arti yang amat penting pada
hubungan-hubungan emosional individu-individu manusia pada objekt-objekt dan
pada yang satu sama yang lainnya, dan lebih jauh lagi dengan memperkenalkan
unsur-unsur dari suatu hubungan praktikal ke dalam penelitian
hubungan-hubungan manusia dengan objekt-objekt.50) Namun dalam analisis
sesungguhnya ia menarik unsur-unsur suatu hubungan praktikal dan meneliti
hubungan-hubungan objektif manusia dalam bentuk kontemplatif intelektualnya.
Feuerbach akhirnya melihat sekilas sumber dari pemahaman Hegelian mengenai
objektivitas di dalam peranan51)--yang sepintas lintas amat penting artinya
secara historikal--filsafat spekulatif sebagai negasi dari teologi di dalam
batas-batas teologi, di dalam usaha merasionalisasi dan dengan begitu
memanusiawikan teologi di dalam batas-batas alienasi religius. Sejauh ia
menarik konsepsi-konsepsi paling penting mengenai filsafat spekulatif dari
sejarah, sejarah disurutkan baginya menjadi suatu sejarah religi, pada suatu
sejarah mengenai objektivikasi alienasi dari manusia dalam religi dan
penggantian religi oleh generasi bangsa (species) manusia. Ia tidak mengakui
objektivikasi alienasi lain yang manapun kecuali yang religius dan
modifikasi-modifikasinya--yang sebagian kritikal, namun pada hakekatnya
bersifat apologetik--: swa-objektivikasi dari aku (kesadaran diri, pikiran)
dalam filasafat spekulatif. Bagaimanapun juga, manusia real Feuerbach adalah
suatu hakekat--karena bersifat
sensual--yang objektif; namun ia bukan suatu keberadaan yang
mengobjektivikasi dirinya melalui kerja masyarakat, seperti halnya dengan
manusia real bagi Marx. Persoalan apakah objektivikasi ekonomik dan
politikal dalam sejarah mengakibatkan atau tidak mengakibatkan alienasi,
yaitu, dalam keadaan-keadaan yang bagaimana dunia ekonomik dan politik52)
yang diciptakan oleh manusia memiliki atau tidak memiliki sifat/watak dari
suatu objektivitas alienasi, tidaklah teramat penting bagi Feuerbach.
Bagi Marx filsafat spekulatif adalah suatu teori yang berdasarkan
alienasi--tidak hanya religius, melainkan juga dan di atas segala-galanya
bersifat sosial dan ekonomik, suatu ungkapan dan aspek dari objektivikasi
manusia dan penciptaan sejarah di bawah persyaratan-persyaratan kerja yang
dialienasi. Hanya dari sudut pandangan Marxian inilah kritik konsepsi
Hegelian mengenai objektivitas memperoleh dimensi-dimensi baru ini: (a)
Konsepsi Hegelian mengenai kebendaan (thingness) dijelaskan sebagai suatu
ungkapan yang dimistikkan bagi produksi objektivitas real oleh kegiatan
ekonomik dan politikal manusia; dan (b) suatu sorotan kejelasan diarahkan
atas identifikasi Hegelian mengenai aksi objektif dengan aksi, aktivitas,
pengedepanan, subjekt yang telah dipikirkan, aktivitas yang semurni-murninya
pada dirinya sendiri, pengedepanan itu sendiri, teristimewa pengedepanan
yang pengandungnya adalah pikiran yang memberi bobot--yaitu ide.
Dalam kritiknya atas filsafat spekulatif Hegelian Feuerbach telah mencapai
pengertian-pengertian fundamental tertentu. Tetapi kritiknya atas
Phenomenology Hegel secara keseluruhan tetaplah sama sekali tidak dapat
dimengerti dan membingungkan. Segala sesuatu yang mau dikatakan Feuerbach
telah dikatakannya dalam komentarnya atas bab
pertama Phenomenology mengenai kepastian pengertian.
Marx menilai dan mengeritik Phenomenology Hegel tidak hanya berkenaan dengan
penggantian alienasi religius, melainkan juga mengenai penggantian alienasi
ekonomik. Hanya dari titik pandangan itulah dialektika Hegel mengungkapkan
arti tersembunyinya, yang tetap tidak terungkapkan oleh Feuerbach, dan orang
dapat mengenali saat-saat positif dialektika Hegelian53) tidak saja sebagai
persiapan bagi penggantian Feuerbachian bagi religi, melainkan juga bagi
teori komunis Marxian tahun 1844.
Yang dijulukkan Feuerbach pada manusia secara berlawanan dengan hewan adalah
suatu objektivikasi alienasi dalam religi dan penggantiannya --didapatkannya
suatu kesadaran species ateistik dan dengan itu suatu kehidupan species.
Lain halnya dengan Marx: manusia memiliki kapasitas bagi suatu objektivikasi
ekonomik dan politikal yang produktif, terasing dalam keadaan-keadaan
tertentu, dengan demikian memproduksi dunia objektif yang kepadanya manusia
adalah pelaku. Alienasi religius adalah suatu aspek derivatif dari
objektivikasi dan alienasi praktikal dan dasar itu. Manusia menghasilkan
dengan suatu cara yang berbeda dari hewan.54)
Karenanya Marx berangkat dari pemahaman Feuerbach mengenai hakekat alamiah
manusia, tetapi melangkah lebih jauh di dalam manuskrip-manuskrip Paris itu
dalam hal-hal esensial tertentu, yang akhirnya membawanya--dengan penjelasan
lebih lanjut dalam Thesis on Feuerbach dan dalam The German Ideology--pada
suatu konfrontasi kritikal dengan Feuerbach |